Penerapan prinsip syariah dalam bisnis akan membawa dampak berganda, bukan hanya kepada negara, melainkan juga secara personal. HOTEL megah sudah jadi pemandangan biasa di Ibu Kota. Oleh sebab itu, keberadaan hotel berkonsep khusus menjadi keunikan yang mudah untuk diingat.
Kesan itu yang pertama kali muncul saat Media Indonesia mengunjungi Hotel Sofyan Betawi yang persis berada di depan Mesjid Cut Meutia, Jakarta, Jumat (17/10) sore.Atap khas rumah Betawi dengan dinding berwarna krem dikelilingi taman yang asri cukup menarik mata.
Tidak hanya dari sisi desain hotel, Chairman PT Sofyan Hotels Tbk, Riyanto Sofyan, pun menerapkan konsep bisnis yang terbilang tidak biasa, yakni bisnis hotel berbasis syariah. Konsep bisnis itu ia pilih lantaran menurutnya segala sesuatu yang dikerjakan manusia di dunia tidak akan mungkin lepas dari nilai-nilai kehidupan yang dipegang.
Pria berusia 55 tahun ini memaparkan, pada mulanya tak tebersit dalam benaknya untuk terjun dalam bidang perhotelan. Apalagi latar belakang pendidikan teknik komputer yang dimiliki membuatnya lebih tertarik memakai keahlian itu di negara yang lebih mengenal teknologi. Namun, sang ayah yang merupakan pengusaha hotel menghendakinya untuk pulang dan meneruskan bisnis keluarga tersebut.
“Waktu itu sudah setahun di Kuala Lumpur, 1981. Disuruh pulang karena katanya ayah sudah mau meninggal, eh ternyata pas pulang ayah saya segar bugar,“ tuturnya sambil tertawa.
Di bawah kepemimpinan Riyanto, bisnis hotel lebih maju dan menjadi perusahaan publik. Namun, siapa sangka di tengah keberhasilan dan kehidupan yang tergolong sangat berkecukupan kala itu, masih banyak keresahan berkecamuk di benak Riyanto.“Semua sudah saya miliki, tapi kenapa seperti masih ada yang kurang,“ tandasnya.
Kegelisahan itu kemudian dia ungkapkan kepada teman masa sekolahnya dulu di SMA Pangudi Luhur yang berujung pada diadakannya pengajian rutin setiap Jumat bersama 20 teman lainnya selama 2,5 tahun, hanya untuk mengenal hakikat hidup.
Dari perjalanan spiritual tersebut, kakek yang memiliki seorang cucu ini mengaku memperoleh pandangan hidup baru. Ia memandang jika kebaikan tidak dijaga, suka tidak suka, mau tidak mau, akibatnya akan ditanggung bersama. “Ibaratnya hidup dalam satu perahu, kita dapat tempat strategis di bawah terus kita bolongin di situ. Punya kita enggak apa-apa kan, tapi akibatnya kapal karam,“ sahut pria yang dulu memiliki hobi lari ini.
Berkat pencerahan tersebut, Riyanto pun terinspirasi untuk menerapkan bisnis berbasis syariah dalam hotel yang ditanganinya. Walakin, pada awalnya sempat ditentang orangtuanya. Penyesuaian dilakukan sejak 1992 dengan mengubah semua visi, misi, filosofi, nilai inti ko Rp orat, dan operasional Hotel Sofyan sesuai prinsip-prinsip syariah.
Proses transformasi bisnis ia lanjutkan dengan menghilangkan makanan dan minuman yang tidak halal, melakukan seleksi tamu, kemudian menutup bar atau diskotek yang selalu ramai dengan keuntungan tapi juga membawa masalah.Kepada para pelanggan, ia beralasan perubahan paradigma bisnis itu demi etika, kenyamanan, dan keamanan penghuni hotel.
Pada 2000 silam nilai-nilai inti perusahaan diubah agar paradigma baru bisa tertanam dan tecermin dari perilaku karyawannya. Terbitlah kurikulum baru dalam motivation attitude training yakni bahasa keimanan bagi karyawan muslim dan bahasa etika bagi yang nonmuslim.Berbuah manis Diakui Riyanto, perubahan paradigma bisnis tersebut sempat berdampak pada penurunan kinerja perusahaan.
Hal itu terlihat dari tingkat hunian kamar (occupancy) yang sempat menurun drastis. “Saat itu memang kita sempat turun drastis. Seperti hotel kita yang di Tebet, 2002 kita lakukan seleksi tamu, occupancy dari 150 persen langsung turun jadi 40 persen, itu gimana coba,“ cetusnya.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Keyakinan dari nilai baru yang diusungnya ternyata berbuah manis. Meski tarif kamar hotel naik tiga lipat, tingkat hunian malah naik 80 persen setelah satu setengah tahun. Secara keseluruhan, tingkat hunian dari tiga hotel yang dimiliki saat itu mencapai 60 persen setelah adanya perubahan.
Peningkatan yang mencolok juga tentunya terjadi pada penjualan. Secara rinci Riyanto memaparkan penutupan Santai Music Club di Hotel Sofyan Betawi pada 1998 malah me naikkan penjualan hingga 19,55 persen pada 1999. Penghapusan minuman beralkohol yang ditandai dengan penutupan Terminal Discotheque di Hotel Sofyan Tebet dan Health Centre di Hotel Sofyan Betawi pada 1999-2001 malah meningkatkan penjualan sampai 23 persen.Kemudian, seleksi tamu di 2002 membawa peningkatan penjualan hingga 15 persen.
Jumlah hotel pun terus bertambah, dari hanya tiga hotel yang dimiliki pada 2012 naik dua kali lipat menjadi enam hotel pada 2013. Hingga saat ini PT Sofyan Hotel Tbk memiliki 10 hotel dan berencana menambah empat hotel dua tahun lagi dengan lokasi Cengkareng (Jakarta), Makassar (Sulsel), dan Lombok (NTB).
Itu otomatis menaikkan pendapatan dari US$2,78 juta pada 2012 menjadi US$3,67 juta pada tahun selanjutnya, dan ditargetkan mencapai US$5,1 juta pada tahun ini, “Semua dihitung sesuai dengan syariah,“ ucap Sofyan.Efek berganda Riyanto meyakini penerapan prinsip syariah dalam bisnis akan berdampak berganda, bukan hanya kepada negara, melainkan juga secara per sonal.
Dia menceritakan pengalaman berharga dari pengakuan seorang ibu dari karyawannya yang bekerja di Hotel Sofyan Tebet tentang perubahan anaknya dari yang serampangan menjadi anak yang berbakti pada keluarga.
Perubahan juga baginya bukan hal yang perlu ditakuti karena berdasarkan pengalaman, Hotel Sofyan Betawi masih memiliki pelanggan setia dari Myanmar dan Australia sejak 35 tahun yang lalu. Rezeki bagi Riyanto bersumber dari ketetapan Tuhan dan usaha manusia. Dia yakin segala sesuatu yang dikerjakannya sebagai pengusaha hotel akan nothing to lose (tidak akan rugi).
Pribadi tenang dan santai yang tecermin dalam gaya bicara Riyanto ternyata juga terlihat pada selera humornya. Ketika pembicaraan berujung pada harapan pribadi ke depan, dengan tenang dia menjawab, “Kalau sekarang, ingin terus hidup sejahtera, berkecukupan, atau ingin hidup paspasan, pas perlu pas ada, pas mati masuk surga,“ kelakarnya disambung tawa. (E-6) Media Indonesia, 3/11/2014, halaman 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar