"Pengembangan yang perlu digiatkan ialah peningkatan kapasitas pelabuhan pelabuhan kecil." PROYEK tol laut berpotensi menekan biaya logistik dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, ke Sorong, Papua, hingga 500%.Syaratnya, harus disertai pula dengan pengembangan sistem transportasi multimoda.
“Untuk satu kontainer dari dua rute itu, jika terealisasi, hanya memakan ongkos US$400 dari yang sekarang US$2.000,“ kata ekonom senior Cyrillus Harinowo dalam diskusi di Yogyakarta, akhir pekan lalu.
Menurutnya, konsep tol laut dari Presiden Joko Widodo senapas dengan konsep konektivitas maritim yang sudah dikaji pemerintahan sebelumnya, yaitu Pendulum Nusantara.De ngan begitu, pemerintah sekarang tidak perlu merintis dari nol.
Pembangunan konektivitas via laut sudah dimulai dengan adanya pembangunan di Belawan, Sumatra Utara, Tanjung Priok, Jakarta, Makassar, Sulawesi Selatan, dan Sorong, Papua. “Konsep yang jangan dilupakan juga ialah pembangunan jalur kapal besar dan diteruskan dengan jalur kapal kecil,“ ujar Cyrillus yang juga Komisaris BCA itu.
Pengembangan yang perlu digiatkan pemerintahan Jokowi kini ialah peningkatan kapasitas pelabuhan-pelabuhan kecil, sebab pelabuhan kecil akan menjadi sasaran distribusi barang dari pelabuhan utama yang di lintasi kapal besar selaku moda utama tol laut. Distribusi barang ke pelabuhan kecil akan menggunakan kapal kecil.
Lebih lanjut, diusulkan agar pemerintah tidak hanya membangun pelabuhan, tapi juga menyediakan jalur perhubungan lain, seperti jalan, rel kereta api, serta angkutan umum lain.“Dengan begitu, nanti bukan hanya oleh kapal kecil, melainkan juga diangkut kereta, moda darat, dan lainnya,“ ujar Cyrillus. Terbangunnya konektivitas laut, selain menekan biaya logistik, diharapkan juga dapat mendorong pemerataan ekonomi Indonesia yang selama bertahun-tahun cenderung berpusat di wilayah barat.
Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit mengamini itu.Estimasinya, keberadaan tol laut bisa menciutkan biaya angkut di wilayah Indonesia Timur hingga 30%. “Misalnya dari Surabaya ke Sorong. Nah, yang masih mahal itu di sisi daratnya, seperti distribusi dari Sorong ke berbagai kota lainnya di Papua,“ jelasnya.
Danang pun mengusulkan ke pemerintah untuk memperbaiki pergerakan arus barang jangka pendek sehingga bermanfaat seketika. Untuk itu, senada dengan Cyrillus, pengembangan sistem transportasi multimoda menjadi satu keniscayaan agar penurunan biaya logistik makin maksimal. “Pemerintah juga harus mengurangi biaya pergudangan dan perizinan,“ kata dia.(Riz/Bow/Ant/E-2) Media Indonesia, 9/11/2014, halaman 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar