Pemerintah diminta tidak lepas tangan dan menyerahkan keputusan kepada Pertamina.
KEMENTERIAN Perin dustrian menyata kan produk terbaru mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/ LCGC) menyesuaikan lubang tangki bensin menjadi kecil agar hanya bisa mengonsumsi BBM nonsubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Adapun mobil-mobil dengan lubang bensin yang belum disesuaikan tidak akan ditarik untuk penyesuaian.
Namun, Pertamina tetap meminta ketegasan berupa aturan pemerintah yang melarang LCGC mengonsumsi BBM bersubsidi. Ketidakselarasan itu membuat upaya meredam konsumsi BBM bersubsidi kian sulit dengan makin banyaknya LCGC yang beredar. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan pihaknya telah meminta produsen LCGC memperkecil lubang tangki bensin.
Menurut Budi, itu sudah akan diterapkan pada produk Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. Lubang tersebut berukuran 3/4 inci. Kini yang diperlukan ialah mengubah seluruh nozzle dispenser BBM nonsubsidi SPBU. Perubahan itu masuk ke ranah Kementerian Energi dan Sum ber Daya Mineral (ESDM).
Ketua Bidang Pengembangan Industri Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) I Made Dana Tangkas mengungkapkan penyesuaian produk LCGC dengan Pertamina sedang dalam proses. “Yang jadi poin, bagaimana aplikasinya di dalam dunia nyata. Perlu koordinasi Pertamina, Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, dan pelaku industri.“
Pertamina menyatakan aturan yang tegas lebih memudahkan ketimbang menyesuaikan nozzle dispenser SPBU.
“Keluarkan saja aturannya, jangan jadikan Pertamina seba gai decision maker. Jangan yang buat kebijakan lepas tangan lalu menyerahkan ke Pertamina,“ cetus Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir, ketika dihubungi Media Indonesia, kemarin.
Apalagi, lanjut Ali, saat ini belum ada data sebaran populasi LCGC. Hal itu menyulitkan Pertamina dalam menyesuaikan ukuran nozzle. “SPBU kan tidak hanya melayani LCGC yang jumlahnya saat ini masih sedikit,“ ujar Ali.
Pangsa LCGC Di lain hal, Gaikindo mengungkapkan yang perlu diper hatikan ialah meningkatkan daya saing dari industri otomotif nasional dalam menghadapi tantangan ke depan, terutama ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai berlaku pada 2015.
Indonesia harus mampu mengejar industri otomotif Thailand yang menjadi pesaing utama. Potensi pasar yang bisa disasar untuk produk ramah lingkungan di ASEAN masih besar. “Kita perlu menyiapkan industri, infrastrutur, dan supplier. Lebih baik ke sana,“ tutur Made.
Peneliti Senior Frost & Sullivan Bidang Otomotif Asia Pasifik Masaki Honda mengatakan perkembangan penjualan LCGC di ASEAN cukup menjanjikan. Pada 2009, pangsa pasarnya hanya 1,7% dari total penjualan otomotif yang mencapai 1,26 juta unit.
Di 2013 pangsa pasarnya meningkat menjadi 11,5% dari total penjualan sebanyak 2,4 juta unit. Kontribusi terbesar masih disumbang `Negeri Gajah Putih' sebesar 67%. Kemudian diikuti Indonesia 18%, Malaysia 7%, dan negara lainnya 8%. (Aim/E-1) - Media Indonesia, 24/06/2014, halaman 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar