Sebaiknya, warga jangan naik omprengan lantaran kualitas kendaraan mereka tidak bisa diuji.
Selain itu, keselamatan penumpang juga tidak bisa dijamin.
DI sejumlah titik keramaian di Jakarta Barat, omprengan dapat dengan mudah ditemui.
Sebagai angkutan alternatif, kendaraan berpelat hitam itu dirasa nyaman karena keha dirannya di jam malam hingga subuh, dan tarifnya yang mirip angkutan umum meski tidak resmi.
Pengemudi omprengan, Triono, 46, mengatakan tidak berani berlama-lama menanti penumpang mengingat statusnya itu. Dia juga tidak bisa leluasa masuk ke lingkungan terminal lantaran khawatir pengemudi angkutan resmi lainnya protes.
“Mana berani lama-lama ngetem di sini. Maksimal 15 menit menunggu penumpang yang keluar dari terminal,” ujar pria beperawak an kurus itu kala ditemui di depan pintu Terminal Kalideres, kemarin.
Perihal tarif, dia mengaku tidak memiliki patokan layaknya angkutan resmi.
Menurut pria asal Kebumen itu, penumpang sudah mengetahui beban tarif yang akan dibayarkan ke tempat yang dituju. Angkutan yang dikemudikan Triono melayani rute dari Terminal Kalideres menuju batas maksimal di kawasan Senen (depan Mal Atrium).
“Tarifnya mirip-mirip angkutan umum juga, kok,” imbuhnya. Dalam sehari, lanjut dia, penghasil an yang diperoleh terbilang tidak menentu.
Jika penumpang tidak terlalu ramai, dia dapat memperoleh sekitar Rp200 ribu per hari.
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Suku Dinas Perhubungan Jakarta Barat Imam Slamet dengan tegas mengatakan keberadaan angkutan tidak resmi tersebut jelas merugikan pemerintah.
Pelaku omprengan tidak membayar pajak.
Uji kelayakan angkutan (kir) pun tidak dapat dilakukan pihak sudin mengingat statusnya yang merupakan mobil pribadi.
“Sebaiknya warga jangan naik omprengan. Soalnya, kualitas kendaraan mereka juga tidak bisa diuji. Selain itu, keselamatan penumpang juga tidak bisa dijamin.
Lagian sekarang sudah ada amari dari Trans-Jakarta, Jadi, mending pakai itu aja kalau bepergian di malam hari,” kata Imam. (Tes/J-5) - Media Indonesia, 19/06/2014, halaman 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar